Ringkasan tentang Sifat Sifat Koloid

Kalian tentu sudah tahu bahwa koloid itu adalah campuran yang terdiri dua fase yaitu fase terdispersi (zat terlarut) dalam medium pendispersinya (pelarut). Kalian juga tahu bahwa ukuran partikel koloid cukup besar. Berdasarkan hal ini, maka koloid memiliki sifat-sifat berikut :

Sifat koligatif

Sifat koligatif adalalah sifat yang tergantung pada jumlah partikel zat terlarut. Karena partikel terlarutnya disebar oleh medium pendispersi merata dalam campuran, koloid juga mempunyai sifat koligatif yaitu penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmotik.

Sifat koligatif dari koloid berguna untuk menentukan jumlah zat terlarut atau konsentrasi zat terlarut. Sifat koligatif juga berguna bagi organisme, seperti manusia. Contohnya adalah cairan ekstra sel yang merupakan koloid yang memiliki tekanan osmotik sehingga air dapat masuk kedalam sel tetapi tidak bisa keluar.

Sifat optis


Karena ukuran partikel koloid cukup besar dan terdispersi merata didalam campuran, jika padanya dilewatkan seberkas cahaya, maka cahaya itu akan dipantulkan kesegala arah sehingga kita dapat melihat hamburan cahaya tersebut. Sifat optis ini disebut juga dengan efek Tyndall.

Sifat optis tidak terjadi pada larutan. Pada larutan, karena partikel zat terlarut sangat kecil maka ia tidak memantulkan cahaya sehingga tidak tampak hamburannya.

Sifat optis/efek Tyndal dari koloid ini bisa kita buktikan sendiri dirumah. Jika kalian punya segelas susu, letakkanlah ditempat yang gelap. Setelah itu kalian sinari dengan senter ke arah segelas susu tadi, maka kalian akan melihat bahwa ada hamburan cahaya pada susu. Coba bandingkan juga dengan larutan gula yang pasti tidak akan menunjukkan adanya efek Tyndall.
www.avkimia.com

Berikut peristiwa sehari-hari yang menunjukkan adanya efek Tyndall
1. Sorot lampu mobil pada malam hari yang berkabut
2. Berkas cahaya matahari yang melewati lupang-lubang pada atap atau celah-celah daun pepohonan di pagi hari yang berkabut.
3. Lampu proyektor dibioskop yang membekas karena ruangan berdebu

Sifat Kinetik

Akibat partikel koloid yang terdispersi dalam pelarutnya, maka ia dapat bergerak ke segala arah. Awalnya gerakannya lurus, tetapi ketika bertabrakan dengan partikel lain maka arah gerakannya berubah. Tabrakan terjadi tentu tidak hanya sekali, sehingga jika kita lihat lewat mikroskop ultra tampak bahwa partikelkoloid itu bergerak zig-zag/patah-patah.
www.avkimia.com

Gerakan zig-zag ini pertama kali ditemukan oleh Robert Brown, seorang ahli biologi berkebangsaan inggris, sehingga gerakan zig-zag partikel koloid ini dinamakan gerak Brown.

Adsorbsi

Koloid memiliki ukuran partikelnya cukup besar, sehingga memiliki luas permukaan sentuh yang luas. Maksudnya bisa kita jelaskan dengan analogi dua buah bola. Jika satu bola besar dan yang lain kecil, ketika kita dekatkan maka hanya sedikit permukaan bola besar yang bisa tersentuh bola kecil. Tetapi jika ukuran keduanya bolanya lebih kecil, maka luas bidang sentuhnya akan semakin besar.

www.avkimia.com

Partikel koloid memiliki gaya Van der Waals sehingga ia bisa menarik ion positif atau ion negatif dipermukaannya. Akibatnya partikel koloid menjadi bermuatan sesuai dengan ion yang diserapnya. Contoh koloid Fe2O3 yang menyerap ion Fe3+ dipermukaannya sehingga koloid tersebut menjadi bermuatan positif.

Sifat listrik


Karena partikel koloid dapat menyerap ion dipermukaannya sehingga partikel tersebut bermuatan, maka tentu koloid punya sifat listrik. Sifat listrik ini bisa dijadikan metode untuk menentukan apakah suatu koloid bermuatan positif atau negatif.

Dengan mencelupkan dua buah elektroda yang dialiri listrik, maka koloid yang bermuatan positif akan tertarik ke elektroda bermuatan negatif sedangkan koloid bermuatan positif tertarik ke arah elektroda positif.

Koagulasi


Pernahkan kalian melihat santan yang dimasukkan ke kulkas? Jika kita biarkan beberapa lama, maka santan akan memisah dimana lemak dari kelapa berada dibawah sedangkan airnya berada diatas. Ini terjadi karena partikel koloid santan tidak stabil sehingga ia menggumpal dan mengendap.

Sifat koloid yang bisa mengendap ini disebut koagulasi. Koagulasi bisa terjadi karena beberapa hal. Yang pertama adalah pengaruh gravitasi sehingga partikel koloid yang berat dalam watu tertentu akan mengendap.

Jika koloidnya bermuatan dan kedalamnya ditambahkan elektrolit yang bermuatan berlawanan, maka koloid tersebut akan bermuatan netral dan akhirnya mengendap.

Berikut beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari – hari :
1. Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena tanah liat (lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit air laut
2. Karet dari lateks menggumpal dengan menambahkan asam format
3. Lumpur koloidal dalam air dibersihkan dengan cara mengendapkannya dengan tawas
4. Asap atau debu dari pabrik/industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik Cottrel.

Sumber :
Kimia Dasar 2, Syukri S, FMIPA IKIP Padang, Penerbit ITB, 1999